E-Money Masuk Desa (Catatan Topik 2.3)

Tren dan Isu

Salah satu konsekuensi dari peningkatan akses terhadap infrastruktur, peralatan, dan layanan TIK di daerah pedesaan mungkin adalah bahwa masyarakat desa akan mendapat akses yang lebih baik terhadap layanan keuangan dan sumber pendapatan tambahan (gambar 2.6). Industri telekomunikasi dan keuangan mikro berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan mengatasi tantangan tradisional untuk mencapai wilayah pedesaan yang sebelumnya kurang terlayani. Catatan topik ini membahas secara khusus model bisnis dan faktor pendukung yang menghasilkan sumber pendanaan dan pendapatan baru yang dapat diakses di daerah pedesaan.

Mobile banking merupakan konsekuensi logis dari pertumbuhan telekomunikasi dan keuangan mikro. Di negara berkembang di seluruh dunia, perusahaan bermunculan untuk memberikan layanan keuangan di luar cabang bank konvensional, melalui telepon seluler dan agen ritel non-bank. Layanan yang sangat terkenal adalah M-PESA. Dioperasikan oleh Safaricom di Kenya, M-PESA memungkinkan pengguna untuk mentransfer uang melalui telepon genggam mereka, tanpa harus mendaftar atau memenuhi syarat untuk mendapatkan rekening bank yang menyulitkan.

M-PESA bukan satu-satunya layanan yang beroperasi: easypaisa di Pakistan, G-Cash di Filipina, dan Bancosol di Bolivia hanyalah beberapa contoh perusahaan yang menyediakan bentuk layanan keuangan bergerak ke masyarakat miskin yang tidak dan kurang tersentuh perbankan. Satu bank pedesaan, Green Bank, telah menghitung penghematan besar dari penggunaan teknologi mobile: Dengan beralih dari pengumpulan berbasis lapangan ke berbasis teks, mereka mengurangi tingkat suku bunga masing-masing dari 2,5 menjadi 2 persen dan biaya layanan mereka dari 3 menjadi 2,5 persen, namun keuntungan naik sebesar US $ 16 untuk setiap pinjaman US $ 400 (Kumar, McKay, dan Rotman 2010).

Munculnya sumber pendapatan mobile merupakan tren lain di balik permintaan layanan keuangan mobile. Dalam beberapa tahun terakhir, program bantuan tunai bersyarat di banyak negara telah memberikan pembayaran pemerintah kepada rumah tangga yang kurang beruntung secara ekonomi dan sosial, terutama kaum miskin yang aktif secara ekonomi, dan memiliki kebutuhan yang terukur (misalnya, mendaftarkan anak ke sekolah, mendapatkan perawatan pra-kelahiran yang konsisten, atau membeli input pertanian). Teknologi telekomunikasi mengubah kapasitas pemerintah untuk memberikan sumber pendapatan tambahan ini dengan cepat, andal, dan dengan biaya lebih rendah. Hal ini juga memungkinkan petani untuk mengakses bank umum dan layanan penting termasuk kredit, rekening tabungan, dan transfer jarak jauh meskipun kendala jarak dan kurangnya fasilitas perbankan lokal.

Usaha semacam itu disatukan oleh tujuan untuk memberdayakan kaum miskin yang aktif secara ekonomi dengan menggunakan teknologi telekomunikasi untuk membantu diri mereka sendiri. Layanan keuangan dan pendapatan bergerak seperti M-PESA, Zain Zap, easypaisa, dan txteagle, yang dibahas dalam catatan topik ini, berbiaya rendah dan beroperasi pada semua perangkat handset, membuatnya menguntungkan dalam skala besar, bahkan di daerah pedesaan yang jauh dan terpencil dimana upaya sebelumnya hanya membuat sedikit terobosan. Kemajuan seperti kartu pintar, mesin ATM yang sensitif terhadap sidik jari dan kios pasar yang dilengkapi dengan perangkat point-of-sale elektronik juga membuat program semacam itu jauh lebih mudah diterapkan (dan lebih mungkin menjangkau penerima manfaat yang dimaksud).

ilustrasi infrastruktur telekomunikasi

CONTOH/STUDI KASUS M-PESA Perintis Layanan Transfer Uang

Berdasarkan sebuah pilot project yang didanai sebagian oleh dana publik dari UK Department for International Development, Vodafone dan Safaricom meluncurkan M-PESA di Kenya pada bulan Februari 2007 dalam kemitraan dengan Sagentia.[1] Proyek pilot M-PESA berfokus pada pinjaman mikro dan pembayaran ulang, namun penelitian menunjukkan bahwa konsumen terutama menggunakan layanan ini untuk transfer uang antar-individu.

Setelah proyek pilot, M-PESA meluncurkan model bisnis person-to-person di mana pelanggan dapat membeli e-money dari agen-agen di seluruh Kenya. Setiap ruang komersial bisa menjadi agen, membuat model ini sangat efektif di daerah pedesaan. Ponsel digunakan untuk melakukan transaksi keuangan seperti mengirim uang ke orang lain, membayar tagihan, dan bahkan menarik uang tunai dari ATM (tanpa memerlukan rekening bank). E-money dapat diuangkan dengan agen yang menerima komisi untuk layanan yang mereka berikan dan untuk mendaftarkan pelanggan.

Inovasi besar M-PESA adalah untuk menyediakan layanan yang dapat diakses oleh populasi negara berkembang yang tidak berpendidikan dengan biaya rendah. M-PESA membebani pengguna sekitar sepertiga biaya perusahaan pengirim uang seperti Western Union, dan biaya-biayanya lebih murah daripada bank. Perusahaan semacam itu tidak dapat menyaingi rate M-PESA yang rendah karena biaya operasinya lebih tinggi (Omwansa 2009: 6).

M-PESA sekarang memiliki lebih dari 10 juta pelanggan di Kenya, dan layanan ini telah diperkenalkan di Tanzania dan Afghanistan (disebut M-PAISA di Afghanistan); direncanakan penyebaran di seluruh Afrika dan Asia.37[2] Kesuksesannya melebihi harapan sampai pada titik M-PESA menghadapi masalah kapasitas sistem dan arus kas. Masalah arus kas timbul secara internal (karena agen dibayar di awal untuk mendaftarkan pelanggan baru, yang butuh waktu sebelum dapat dianggap menguntungkan) dan pada saat penggunaan (agen kehabisan uang elektronik dan uang tunai). Masalahnya sangat signifikan di daerah pedesaan, di mana orang menerima pengiriman uang dari pekerja di kota dan menariknya sebagai uang tunai. Untuk melawan masalah ini, agen yang lebih besar sekarang bertindak sebagai “agen super”, menjual e-money dan tunai ke agen yang lebih kecil.

Lingkungan Regulasi yang Fleksibel

Regulasi yang fleksibel sangat penting bagi keberhasilan M-PESA. Bekerja sama dengan Departemen Keuangan Inggris (UK Treasury), Bank Sentral Kenya menyiapkan ketentuan khusus bagi M-PESA untuk meluncurkan produknya dengan risiko konsumen yang terbatas namun tanpa dikaitkan langsung dengan bank dan dengan tingkat regulasi yang relatif rendah. Selanjutnya, Bank Sentral memberikan pemantauan informal berbeda dengan peraturan formal biasanya. Pada saat bank dan pesaing menyadari potensi M-PESA dan mulai menuntut diterapkannya regulasi yang sama, firma tersebut sudah mapan dan dihormati. Atas desakan bank maka Bank Sentral melakukan audit menyeluruh atas M-PESA dan hasilnya ternyata semua kewajibannya telah terpenuhi; Oleh karena itu Bank Sentral terus mengaktifkan peraturan khusus ini.

Pentingnya sistem regulasi “proportional risk” yang fleksibel ini terbukti dalam tertahannya upaya M-PESA untuk beroperasi di India, di mana regulator bersikeras untuk terhubung dengan bank berlisensi. Di Afghanistan, peraturan untuk mencegah pencucian uang telah membatasi pengembangan M-PAISA sebagai layanan pengiriman uang, dan beroperasi terutama sebagai layanan keuangan mikro. Tuntutan akan rincian identifikasi mengurangi kesederhanaan M-PAISA dan dengan demikian juga mengurangi daya tariknya.

Model Bisnis yang Mengesampingkan Sektor Perbankan

Model bisnis M-PESA ditandai oleh rendahnya margin keuntungan namun memiliki volume transaksi tinggi, sedangkan bank secara tradisional membutuhkan margin yang relatif tinggi dari jauh lebih sedikit orang yang memiliki rekening bank. Ketidak-terikatan dengan regulasi dari sektor perbankan membuka pasar M-PESA yang belum tergarap: 90 persen orang Kenya tidak memiliki rekening bank. Meski hanya pengguna terdaftar yang bisa melakukan transaksi, siapapun bisa menerima uang melalui M-PESA dan menariknya sebagai uang tunai. Pengalaman bukan-pengguna yang positif ini sangat penting bagi pertumbuhan jaringan pengguna selanjutnya. Model bisnis ini memungkinkan M-PESA menjadi jaringan yang dominan dan paling menarik. Biaya rendah M-PESA telah memungkinkannya untuk menantang perusahaan transfer uang dan bank konvensional bahkan di tempat yang ada kehadiran bank-bank ini. Namun seiring berjalannya waktu banyak pengguna M-PESA yang lulus memiliki rekening bank, dan M-PESA sekarang terintegrasi dengan sistem perbankan.

Kemitraan Memfasilitasi Operasi Pemasaran dan Teknis

Sifat kolaboratif M-PESA sangat penting bagi keberhasilannya. Vodafone, selain berperan sebagai investor awal, juga memegang peranan sebagai koordinator. Safaricom menyediakan merek yang dipercaya oleh banyak orang Kenya, dan jaringan distribusi reseller airtime nasionalnya dengan mudah diubah menjadi jaringan agen khusus M-PESA, hal ini memungkinkan penetrasi pasar lebih cepat. Vodacom mengambil peran Safaricom di Tanzania (dan sebagai sister company); Di Afghanistan, Roshan, MNO (multi national organization) besar, sangat penting dalam mengembangkan layanan ini. Sagentia (IBM per September 2009) memberikan keahlian teknis utama. Penggunaan dana publik selama tahap pengembangan dianggap penting untuk mempertahankan ketertarikan pada sektor telekomunikasi selama berlangsungnya proyek pilot, yang membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan.

Jaringan, Peralatan, dan Infrastruktur

Pendaftaran M-PESA memerlukan bukti identitas, kartu SIM, dan pengiriman PIN. Selain memberikan keamanan, faktor kunci keberhasilan lainnya adalah kenyamanan di mana pelanggan dapat mempertahankan nomor teleponnya. Karena aplikasi ada di kartu SIM, mereka tidak bergantung pada fungsi atau merk handset, faktor penting untuk membuat M-PESA dapat diakses secara luas: M-PESA bekerja pada handset yang paling dasar dan murah sekalipun. Di Tanzania, M-PESA menggunakan teknologi USSD, yang tidak perlu penggantian kartu SIM dan memungkinkan transaksi diselesaikan secara real time tanpa ada aplikasi yang harus di-install di telepon.

M-PESA memiliki jaringan agen yang luas dan padat. Kenya memiliki 7.000 agen M-PESA pada bulan April 2009 namun hanya memiliki 750 cabang bank, yang memungkinkan M-PESA menjangkau lebih banyak orang, terutama masyarakat pedesaan.[3] Keuntungan yang diperoleh dengan menjadi pionir di pasar memungkinkan M-PESA membangun jaringan dominan di negara percontohannya dan menjadi jaringan yang paling menarik bagi pelanggan dan bisnis baru (seperti eBay).

CONTOH/STUDI KASUS Zain Zap Mempromosikan Perdagangan Bergerak Tanpa Batas

Zain Zap adalah layanan perbankan berbasis telepon genggam.[4] Sebagai pesaing terbesar M-PESA, Zain Zap mengizinkan klien untuk mentransfer uang melalui telepon seluler namun mengharuskan setiap pengguna untuk memiliki rekening bank. Meskipun pendaftaran Zap lebih rumit daripada M-PESA, Zap menawarkan akses potensial ke banyak layanan. Dalam kemitraan dengan bank-bank di Kenya, Tanzania, dan Uganda, Zap menyediakan akses ke platform untuk layanan keuangan kepada orang-orang tanpa akses ke bank konvensional.

Zain Zap telah membedakan dirinya dari M-PESA dengan berinovasi di sepanjang jalur internasional, beroperasi di Kenya, Tanzania, dan Uganda tanpa mengenakan tambahan biaya, administrasi, atau peraturan kepada pengguna. Ini merupakan bagian dari Jaringan Zain yang lebih luas, yang disebut One Network, yang menyediakan cakupan seluler internasional tanpa tarif mahal yang biasanya dikaitkan dengan komunikasi lintas negara. Sebelum Zap, Celtel (sekarang Zain) memperkenalkan produk yang bersaing segera setelah peluncuran M-PESA, namun struktur harga yang sangat berbeda menyebabkan produk tersebut ditarik karena rendahnya permintaan.

Pada tahun 2010, Zap ber-ekspansi ke Nigeria dan Sierra Leone, dan memiliki skema percontohan di Malawi. Zain mengklaim Zap sebagai layanan mobile commerce yang paling komprehensif di Afrika, dengan lebih dari 150 juta pelanggan. Klaim ini menunjukkan besarnya dampak di beberapa populasi yang paling tidak mengenal bank di dunia, terutama di pedesaan tanpa keberadaan fasilitas bank secara fisik. Zain akhirnya berencana untuk menggelar Zap di 24 negara di Afrika dan Timur Tengah di mana ia memiliki jaringan mobile. Jika peraturan memungkinkan pertumbuhan ini, infrastruktur Zain membuatnya lebih memungkinkan untuk perluasan daripada M-PESA.

Berkembang dalam batasan regulasi

Ekspansi Zain telah dibatasi oleh peraturan: Zain beroperasi di Lebanon dan Zambia tanpa One Network karena belum mendapat persetujuan pemerintah di negara-negara ini. Namun, Zain memanfaatkan berbagai mitra untuk memastikan bahwa peraturan perbankan nasional dan internasional terpenuhi, dan perusahaan tampaknya senang beroperasi dalam kerangka kerja ini. Zain bekerja dengan National Bank of Malawi dan bank NBS di Malawi, Eco-bank di Nigeria, dan Zenith Bank di Sierra Leone. Di Kenya, Tanzania, dan Uganda, Citibank dan Standard Chartered bekerja sama dengan Zain.

Model Bisnis yang Mencari Keseimbangan antara Ketersediaan dan Aksesibilitas

Model bisnis Zain berada pada garis tipis antara ketersediaan dan aksesibilitas yang luas. Interaksi dengan bank dan penyediaan peluang mobile banking kepada semua pelanggannya yang tersebar memungkinkan bisnisnya tumbuh besar di daerah pedesaan, karena pemilik usaha kecil mendapatkan akses ke layanan keuangan yang sebelumnya tidak mereka miliki. Satu-satunya sumber pendapatan Zain berasal dari biaya tetap untuk setiap transfer yang dilakukan melalui Zap. Zain tidak berusaha menghasilkan uang dari deposito atau penarikan namun merekomendasikan biaya kepada agen, yang kemudian bebas menagih sebanyak yang mereka suka. Praktik ini memang bisa mengakibatkan harga yang sangat tinggi bagi pelanggan, biasanya sampai muncul agen lainnya yang kemudian berdampak menekan harga.

Kemitraan dengan Bank dan Klien Besar

Operator seluler non-Zain dapat membeli tempat dalam layanan Zain: Pada bulan November 2009, Mobinil dari Mesir bergabung, menambahkan 24 juta pelanggan ke dalam platform. Praktik ini membantu ekspansi internasional dan memungkinkan masuknya keahlian lokal dalam model bisnis Zain. Selain bermitra dengan bank berskala besar, Zain juga telah menandatangani kesepakatan dengan klien korporat besar seperti Coca-Cola dan Kenya Airways untuk memungkinkan pengguna membayar produk-produk perusahaan ini melalui ponsel mereka.

Jaringan dan Infrastruktur

Faktor utama dalam pengembangan Zap yang sukses adalah karena dimiliki oleh One Network milik Zain, layanan seluler tanpa batas pertama di dunia. Menurut situs korporat Zain, One Network menawarkan lebih dari 90 juta pelanggan Zain (dan mitra operator seluler) dengan harga yang relatif murah, bebas biaya roaming yang tinggi untuk komunikasi lintas negara. One Network tidak hanya membantu ekspansi cepat dengan memberi Zap basis pelanggan yang tidak ditargetkan sebelumnya, namun juga memberi insentif besar kepada konsumen untuk bergabung dengan jaringan Zain dan menggunakan layanannya (melampaui yang lain, seperti M-PESA).

CONTOH/STUDI KASUS Bank Keuangan Mikro Tameer Pakistan untuk Kaum Miskin yang Aktif Secara Ekonomi

Tameer Microfinance Bank menggambarkan dirinya sebagai “salah satu perusahaan swasta nasional pertama, transformasi non-LSM, lembaga keuangan mikro yang secara komersial berkelanjutan di Pakistan.”[5] Saham mayoritas dipegang oleh Telenor Pakistan. Tameer telah menghasilkan inovasi layanan hibrida M-PESA dan Zain Zap untuk kaum miskin yang aktif secara ekonomi di Pakistan.

Dengan layanan easypaisa barunya, Tameer menyamai kemampuan M-PESA untuk menjangkau kelompok miskin. Saat ini, easypaisa tersedia untuk membayar tagihan listrik, namun berencana untuk memperluas pengiriman dan penerimaan uang di Pakistan dan menerima uang dari luar negeri. Seperti M-PESA, pelanggan tidak memerlukan rekening bank dan bisa mengakses layanan dari berbagai portal, termasuk ponsel mereka. Tameer juga beroperasi sebagai bank seperti platform Zap milik Zain, meski tidak melalui kemitraan dengan bank lain. Sejak menjadi bank pertama yang mendapatkan lisensi bank cabang di Pakistan (2008), Tameer berhasil menawarkan pinjaman, deposito, overdraft, asuransi, dan pengiriman uang di dalam negeri.

Inovasi Tameer fokus pada entrepreneur dan orang-orang yang mempekerjakan dirinya. Tujuan mereka adalah untuk secara aktif menghasilkan pendapatan di daerah yang jarang dikunjungi, seringkali di pedesaan, seringkali dengan membebaskan pelanggan dari rentenir dan tingkat bunga yang sangat mahal. Sebelum penetrasi Tameer, rentenir semacam itu pada umumnya merupakan satu-satunya pilihan bagi usaha kecil yang membutuhkan uang tunai. Pinjaman dari Tameer telah digunakan untuk membeli peralatan baru, membeli bahan baku pada harga terendah, memperluas atau membeli properti baru, dan memberikan asuransi terhadap kegagalan bisnis. Dengan demikian, Tameer menghadirkan peluang kuat untuk menghasilkan pendapatan di area yang tidak tersentuh bank. Perlu diketahui sebagian besar operasi Tameer saat ini adalah melalui bank cabang (meskipun lisensinya adalah perbankan tanpa cabang), dan dengan demikian lebih condong ke daerah perkotaan, munculnya layanan easypaisa tampaknya dapat menyeimbangkan kecenderungan ini.

Sejak dimulai, Tameer telah mencairkan lebih dari 3,5 miliar rupee (Rs), dengan portofolio aktif Rs 1,4 miliar dan lebih dari 80.000 nasabah pinjaman. Total basis pelanggan Tameer lebih dari 170.000; mempekerjakan 1.100 staf.[6]

Sebuah Model Bisnis yang Mengambil Manfaat dari Regulasi Keuangan Mikro

Seperti yang dicatat CEO Nadeem Hussain, salah satu faktor pendorong utama Tameer adalah Peraturan Keuangan Mikro SBP 2001 (SBP 2001 Microfinance Ordinance), yang mengatur pembentukan bank keuangan mikro komersial. Tameer berpendapat bahwa jika keuangan mikro dibiayai melalui sumber komersial, ia tetap berada dalam wilayah bantuan pembangunan dan pertumbuhannya akan terbatas.[7] Oleh karena itu, Kelompok Konsultatif untuk Membantu Kaum Miskin (Consultative Group to Assist the Poor) terlibat dengan regulasi perbankan tanpa cabang di Pakistan sejak awal. Regulasi mengizinkan penggunaan toko ritel sebagai agen.

Peraturan juga memungkinkan operator bank dan telekomunikasi memasuki model bisnis yang kondusif untuk komersial. Kedua mitra tersebut menawarkan layanan yang masing-masing paling sesuai: Telenor bertindak sebagai tangan distribusi untuk perbankan tanpa cabang, mengelola manajemen saluran dan setup ritel, dan menyediakan teknologi dan pengoperasian call center untuk layanan pelanggan dan penanganan pengaduan. Tameer bertanggung jawab atas operasi, membuat buku besar, rekonsiliasi, penyelesaian dana, risiko, serta kepatuhan dan penyelidikan atas kecurangan.[8]

Kemitraan

Pada bulan Mei 2010, Tameer bergabung dengan Pakistan Telecommunication Company Limited (PTCL), penyedia solusi telekomunikasi nasional terbesar Pakistan. PTCL akan menyediakan konektivitas jaringan ke semua outlet Tameer. Penyediaan konektivitas terpusat ini telah menjadi salah satu faktor pendukung utama kesuksesan easypaisa dan, yang terpenting, memungkinkan mereka menyediakan layanan berbiaya rendah yang mudah diakses.

Jaringan dan Infrastruktur

Jaringan agen Tameer yang besar memungkinkan pelanggan untuk mengakses layanan dengan berbagai cara: melalui telepon genggam, toko resmi easypaisa, waralaba Telenor, pusat penjualan dan layanan Telenor, atau cabang Tameer Microfinance Bank. Seperti M-PESA, Tameer menggunakan USSD, sehingga pelanggan tidak memerlukan ponsel atau kartu SIM baru untuk menyimpan aplikasi. Hal ini signifikan menurunkan biaya pendaftaran. Tameer memang menawarkan kartu SIM baru untuk dibeli, dimana aplikasi Tameer sudah dipasang pada kartu ini.

CONTOH/STUDI KASUS Txteagle Memanfaatkan Tenaga Kerja yang Tak Terdayagunakan

Banyak tenaga kerja, secara global, walaupun cukup berpendidikan masih kurang dimanfaatkan karena kemiskinan dan isolasi, terutama di daerah pedesaan. Dengan pesatnya penetrasi telekomunikasi di negara berkembang, Txteagle percaya bahwa situasi ini dapat berubah, terutama karena lebih banyak negara yang menerapkan platform pembayaran seperti M-PESA. Txteagle adalah aplikasi server SMS berbasis telepon seluler yang mengambil tugas/task dari klien korporat (seperti Nokia dan Google), memecahnya menjadi beberapa micro-task, dan mengirimkan microtask ini ke pengguna terdaftar melalui ponsel mereka. Pengguna yang ditargetkan adalah warga miskin pedesaan di negara berkembang, yang menambah pendapatan mereka dengan micro-task ini. Tugas ini meliputi terjemahan, menyortir gambar, dan transkrip audio. Txteagle serupa dalam beberapa hal dengan Mechanical Turk dari Amazon, yang juga membagikan tugas, namun berbeda karena mendistribusikannya melalui telepon genggam, sebuah teknologi dengan tingkat penetrasi yang lebih tinggi.

Txteagle beroperasi terutama di Afrika Timur, di mana bergantung pada teknologi seperti yang dikembangkan oleh M-PESA, namun juga mengirimkan pekerjaan kepada pengguna di Asia dan negara berkembang di Amerika. Di area yang tidak terjangkau oleh platform pembayaran seperti M-PESA, pengguna dibayar dengan pulsa yang dikreditkan ke ponsel mereka.

Dampak Txteagle tidak jelas karena perusahaan masih dalam tahap start up. Mengingat semakin banyaknya pelanggan terhadap teknologi telepon nirkabel (lebih dari 1 miliar orang di negara berkembang memiliki ponsel pada tahun 2006),[9] teknologi seperti txteagle berpotensi untuk menikmati kesuksesan besar. Jika txteagle dapat mempertahankan dan memperluas kapasitas sistemnya, berpotensi memperluas angkatan kerjanya di Afrika, Asia, dan Amerika, karena pasar untuk telepon seluler berkembang dengan pesat di wilayah pedesaan seperti China dan India.

Model Alih Daya Di Luar Arus Regulasi

Txteagle beroperasi tanpa dibatasi peraturan karena diklasifikasikan sebagai kreditor keuangan, bukan sebagai lembaga perbankan atau lembaga keuangan mikro manapun. Setup ini memberi banyak fleksibilitas dalam operasi dan model bisnisnya, memungkinkan perluasan internasional yang cepat. Seiring lebih beragamnya klien, fleksibilitas operasional ini menjadi aset utama, karena txteagle akan membutuhkan pekerja dengan bahasa dan keterampilan yang berbeda.

Model bisnis Txteagle memungkinkan outsourcing dengan biaya lebih rendah karena penghematan biaya berbasis kantor dan aksesnya ke angkatan kerja yang sebelumnya terisolasi. Biaya rendah dan jaminan kualitas (klien hanya membayar untuk pekerjaan yang memenuhi syarat) menjadi daya tarik bagi klien korporat.

Beradaptasi dengan Kebutuhan Mitra

Txteagle bermitra dengan sejumlah penyedia layanan nirkabel, seperti Safaricom di Kenya, Telefónica México di Meksiko, MTN di seluruh Afrika dan Timur Tengah, dan Viva di Republik Dominika. Karena mengandalkan mitra ini untuk memberikan layanannya, mereka sangat ingin menyesuaikan diri dengan kebutuhan mereka, mulai dari konfigurasi platform txteagle yang dapat beroperasi tepat pada saat waktu-waktu off-peak, sampai memberikan bantuan kepada tim dukungan pelanggan klien mereka. Kemampuan ini telah menyebabkan kekhawatiran bahwa txteagle dapat menjadi eksploitatif jika tidak diatur dengan baik.

Jaringan dan Infrastruktur

Faktor enabler kunci dalam model bisnis txteagle adalah Accuracy Inference Engine (AIE), di mana, setelah tugas dipecah menjadi micro-tasks, dapat memantau kinerja pengguna. Platform AIE adalah seperangkat rutin komputasi yang dapat memprediksi secara dinamis pekerja yang ada yang kemungkinan besar akan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan sukses, secara tepat menyimpulkan kapan pekerjaan telah diselesaikan dengan memuaskan, dan secara berbeda membayar pekerja sebanding dengan tingkat kontribusi mereka, akurasi interval tingkat kepercayaan sampai 99 persen.[10]  Perusahaan juga menggunakan database yang memantau dan mencatat kinerja pengguna. Seiring sistem mempelajari lebih banyak tentang kemampuan dan keahlian pengguna individualnya, sistem akan memperbarui algoritma yang digunakan untuk menetapkan tugas agar layanan berjalan se-efisien mungkin.

PELAJARAN YANG DIDAPAT

Ponsel memiliki potensi untuk menghadirkan low-cost banking dimanapun ada jangkauan jaringan, namun penggunaan layanan mobile banking sesungguhnya tertahan, karena layanan mobile banking dan lembaga keuangan mikro sering memainkan peran yang sangat berbeda yang menghalangi mereka memanfaatkan potensi penuhnya. Ada beragam layanan mobile; beberapa tidak melibatkan lisensi perbankan dan karena itu implementasinya adalah non-bank, sementara yang lain mungkin melibatkan mitra perbankan. Perusahaan mobile banking seperti M-PESA utamanya fokus pada transfer uang dan pembayaran, menggunakan sejumlah infrastruktur paling canggih yang tersedia. Sebaliknya, lembaga keuangan mikro cenderung fokus pada kredit dan tabungan, dan menggunakan teknologi yang kurang canggih. Penggabungan antara keduanya dapat menghasilkan cakupan pasar yang menarik secara komersial, seperti yang terlihat pada Telenor dan Tameer Microfinance Bank, namun kemitraan semacam itu mungkin sulit untuk diciptakan dan dipertahankan. Memang, di masa depan, bank tradisional mungkin juga akan memberikan layanan ini.

Munculnya persaingan di sektor ini (seperti antara M-PESA dan Zain Zap) telah mengikis perbedaan peran layanan mobile banking dan lembaga keuangan mikro. Pada bulan Mei 2010, M-PESA bergabung dengan Equity Bank di Kenya untuk membuat produk yang paling terintegrasi: akun tabungan mikro berbiaya rendah dan mudah didapat yang disebut M-Kesho. Perusahaan berharap dapat menyediakan rekening bank yang mudah diakses kepada 9,4 juta penggunanya, yang memungkinkan mereka memiliki tabungan dan mengambil asuransi dan pinjaman mikro, semuanya dikelola dari telepon genggam mereka.

Persaingan antara Zain Zap dan M-PESA khususnya menyoroti hal yang menarik untuk dipertimbangkan di masa depan. Dengan perusahaan berbasis jaringan seperti eBay dan Wikipedia, semakin dominan satu jaringan, semakin menarik bagi pengguna baru (karena yang paling komprehensif), hal ini menambah kesuksesannya. Jika Zain Zap atau M-PESA memenangkan pertarungan untuk dominasi di Kenya, pemenangnya bisa menawarkan layanan yang lebih komprehensif dan lebih mudah diakses. Namun, kurangnya kompetisi bisa menaikkan harga, pada gilirannya, memotong akses ke masyarakat paling miskin. Regulasi persaingan antara jaringan ini akan menentukan bentuk industri dan perdagangan di Kenya masa depan.

M-PESA mendapat manfaat dari kebebasan regulasi untuk menjadi penyedia layanan keuangan bergerak yang komprehensif dan memanfaatkan kekuatan negosiasi dari Equity Bank. Jika inovasi semacam itu menyebar, regulator harus menentukan garis batas yang tipis antara membiarkan kebebasan usaha semacam itu menjadi menarik secara komersial dan kendala untuk memastikan bahwa mereka tidak mengeksploitasi orang-orang yang ingin mereka bantu. Kongres Chile baru saja menyetujui undang-undang yang menuntut netralitas jaringan, menjamin bahwa penyedia layanan Internet tidak dapat mengganggu konten yang diakses oleh pengguna Internet. Karena Chile adalah negara yang paling progresif di Amerika Latin dan negara berkembang lainnya dalam tata kelola penggunaan Internet, posisinya menunjukkan langkah besar yang harus diambil regulator di kawasan yang baru, jika teknologi mobile dan internet (seperti mobile banking) ingin dapat diakses secara luas dan merata.

Salah satu tantangan terbesar bagi regulator adalah menemukan keseimbangan antara memberikan layanan keuangan yang memenuhi target inklusi dan pada saat bersamaan memerangi kecurangan dan terorisme. Godaannya adalah membuat terlalu banyak regulasi, karena dianggap baik untuk keamanan. Bank Dunia telah berupaya menciptakan pedoman untuk layanan seperti transfer uang agar mereka beroperasi dengan regulasi yang ketat.

Terlepas dari masalah peraturan ini, pengguna layanan telah menunjukkan berbagai penggunaan yang lebih luas dari teknologi dengan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka sendiri. Bancosol di Bolivia, misalnya, telah menerapkan penggunaan teknologi sebagian dengan menyediakan layanan informasi SMS sebelum berkomitmen penuh dengan mobile banking. The Rural Bankers’ Association of the Philippines telah membuat layanan G-Cash GXI di daerah pedesaan dengan mengelompokkan 60 bank perkreditan rakyat untuk bertindak sebagai agen dan menggunakan G-Cash untuk membayar karyawan mereka. Bila sendirian, bank-bank ini terlalu kecil untuk membuat layanan mobile secara komersial, namun melalui aksi kolektif layanan ini telah menjadi proposisi bisnis yang signifikan.

Pelanggan menemukan peluang menghasilkan uang dalam layanan keuangan yang sebelumnya tidak diimpikan oleh para pendirinya. Pengguna M-PESA telah menerjemahkan akses untuk mendapatkan transfer uang ke dalam peluang menghasilkan pendapatan yang inovatif, seringkali di daerah pedesaan. Dengan mentransfer terutama ke pembayaran berbasis M-PESA, pengguna menikmati keamanan untuk dapat bepergian tanpa uang tunai dan mengurangi waktu pelayanan. Pertumbuhan jaringan agen telah menciptakan lapangan pekerjaan, di banyak daerah pedesaan di mana M-PESA dan institusi sejenisnya berkembang.

Tabel 2.4 dan 2.5 merangkum key enabler model layanan keuangan inovatif yang dijelaskan di sini dan pelajaran yang ditarik dari pengalaman mereka.

Faktor kunci pemberdaya dalam inovasi keuangan bergerak dan layanan pendapatan dunia
Faktor kunci pemberdaya dalam inovasi keuangan bergerak dan layanan pendapatan dunia
Pelajaran yang didapat dari keuangan bergerak dan layanan pendapatan di wilayah rural
Pelajaran yang didapat dari keuangan bergerak dan layanan pendapatan di wilayah rural

[1] “M” berarti “mobile; “pesa” berarti “uang” (Swahili).
[2] statistik Safaricom, Juni 2010 (http://www.safaricom.co.ke/ index.php?Id=1073, diakses pada bulan Juni 2011).
[3] Lihat “M-PESA power: Leveraging service innovation in emerging economies,” M. Barrett, M. H.S.A Kim, and Karl J. Prince (2009). Contoh kasus dan catatan ajar bisa didapat di www.ecch.com.
[4] Setelah akuisisi aset Zain Group Afrika 2010 oleh Bharti Airtel, platform Zain Zap telah diubah namanya menjadi Airtel Money. Operator jaringan seluler Bharti Airtel dari Afrika mempertahankan partisipasi mereka di One Network, bersama dengan jaringan seluler Zain di Timur Tengah.
[5] Tameer Microfinance Bank (http://www.tameerbank.com/about.htm, diakses April 2010).
[6] Easypaisa (http://www.easypaisa.com.pk/about-tameerbank.php, diakses April 2010).
[7] Easypaisa, (http://www.tameerbank.com/ceomsg.htm, diakses April 2010).
[8] Mir (2010).
[9] Tryhorn (2009).
[10] Txteagle (http://txteagle.com/technology/aie, diakses April 2010).

Referensi dan Bacaan Lebih Lanjut

  • Kumar, K., C. McKay, and S. Rotman. 2010. “Microfinance and Mobile Banking: The Story So Far.” CGAP Focus Note 62 (July): 13–14.
  • Mir, A. 2010. “Tameer Microfinance Bank and Telenor Provide Insights on Easypaise,” January 6, TelecomPK (http://telecompk.net/2010/01/06/tameer-microfinance-bank-and-telenor-provideinsights-on-easypaisa/), accessed July 2011.
  • Omwansa, T. 2009. “M-PESA: Progress and Prospects.” Paper prepared for the Mobile World Congress, Barcelona, February 16–19, 2009.
  • Tryhorn, C. 2009. “Developing Countries Drive Explosion in Global Mobile Phone Use.” The Guardian, March 2, http://www.guardian.co.uk/business/2009/mar/02/mobile-phone-internetdeveloping-world, accessed August 2011.