Pada bulan Juli 2010, jumlah pelanggan telepon seluler melampaui angka lima miliar (gambar 3.1), menetapkan ponsel sebagai bentuk konektivitas global paling populer.[1] Dengan berbagai desain dan kemampuannya, ponsel dapat ditemukan di saku orang kaya dan miskin. Bahkan di daerah pedesaan, ponsel semakin banyak digunakan dan semakin canggih. Angka terbaru menunjukkan bahwa meskipun hanya 81 juta orang India (7 persen populasi) secara teratur menggunakan Internet, adanya perang harga menghasilkan 507 juta pemilik telepon genggam pribadi. Biaya panggilan hanya sebesar US $ 0,006 per menit, dan operator India disebutkan memiliki 20 juta pelanggan baru per bulan (The Economist 2010).
Angka akses ke ponsel lebih tinggi dari pada angka kepemilikan. Sebuah survei di Uganda menemukan bahwa 86 persen mengaku mengaku memiliki akses ke telepon genggam, walaupun hanya seperempat petani yang mengatakan memilikinya (Ferris, Engoru, dan Kaganzi 2008).
Modul/artikel ini menyoroti dampak ponsel (perangkat dan layanan mobile) pada pertanian dan pembangunan pedesaan dengan menguraikan pengetahuan terkini dan mendeskripsikan praktik inovatif (studi dan contoh kasus). Terdapat pembahasan yang melengkapi informasi dalam Modul 2 terkait aspek teknis untuk meningkatkan penggunaan telepon seluler di daerah pedesaan dan agro-kompleks berbagai negara berkembang. Modul ini juga berfungsi sebagai pengantar untuk banyak deskripsi aplikasi telepon seluler lainnya di seluruh buku sumber ini.
Maraknya ponsel telah menjadi salah satu perubahan paling menakjubkan di banyak negara berkembang selama dekade terakhir. Meningkatnya kemunculan ponsel di negara-negara berkembang ini menghadirkan peluang dan tantangan, terutama untuk sektor-sektor penting seperti pertanian dan agro-kompleks (pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, perkebunan) pada umumnya. Seperti teknologi lain sebelumnya, ponsel cenderung menjadi subyek ekspektasi dan harapan yang meningkat. Untuk berjaga-jaga terhadap harapan yang berlebihan, modul ini juga membahas hambatan penggunaan telepon genggam terhadap manfaat bagi pertanian dan memberi rekomendasi kepada praktisi yang ingin menggunakan platform bergerak (mobile) untuk meningkatkan mata pencaharian petani.

Daftar Isi Ulasan
Mengapa Ponsel?
Ponsel hanyalah satu bentuk Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)/Information and Communication Technology (ICT). Komputer pribadi, laptop, internet, televisi, radio, dan surat kabar tradisional semuanya dapat digunakan untuk meningkatkan pembangunan pedesaan yang lebih baik. Lalu mengapa fokus pada ponsel?
Jawaban paling jelas adalah skala adopsi yang tajam. Dalam sepuluh tahun sebelum 2009, penetrasi telepon seluler meningkat dari 12 persen populasi global menjadi hampir 76 persen. Serangkaian inovasi mendorong adopsi ini, terutama di negara-negara berkembang, yang memiliki 73 persen ponsel di dunia pada tahun 2010.[2] Seperti teknologi digital lainnya, ponsel mendapat manfaat dari hukum Moore, yang menyatakan bahwa daya komputasi meningkat dua kali lipat kira-kira setiap dua tahun sekali. Smartphone terbaru jauh lebih canggih daripada model yang lebih murah yang populer di wilayah miskin, meski demikian ponsel sederhana tersebut tetap lebih canggih daripada perangkat tercanggih pada dekade lalu – dan perkembangan ini sangat relevan dengan pertanian.
Ulasan Terkait
- CONTOH/STUDI KASUS ICT PERTANIAN: Ponsel Sebagai Inti Virtual Market Esoko (Afrika)
- CONTOH/STUDI KASUS ICT PERTANIAN: Prakiraan Cuaca dan Resiko Bertani (Turki)
- Manfaat dan Tantangan Telepon Selular dalam Pertanian (Catatan Topik 3.1)
- Penyampaian Konten Untuk Layanan Pertanian Mobile (Catatan Topik 2.4)
- E-Money Masuk Desa (Catatan Topik 2.3)
Alasan tambahan untuk berfokus pada telepon seluler adalah bahwa rancangan regulasi telah lebih baik dalam beberapa dekade terakhir, meningkatkan persaingan di antara perusahaan telekomunikasi. Persaingan telah memacu inovasi signifikan dalam model bisnis. Misalnya, di sebagian besar negara berkembang – berbeda dengan praktik di beberapa negara maju – hanya orang yang melakukan panggilan telepon aktual yang membayar. Selain itu, airtime telepon seluler tersedia dalam paket pra-bayar, yang memungkinkan pelanggan miskin untuk menghindari kontrak jangka panjang dan memungkinkan mereka untuk mengelola pengeluaran mereka secara diskrit dan terperinci. Bagi orang-orang di bagian bawah piramida ini, di mana pendapatan tidak pasti dan pengelolaan keuangan sangat penting, model ini adalah pendorong utama akses dan penggunaan ponsel. (Untuk diskusi tambahan dan contoh regulasi dan model bisnis sebagai penentu utama telekomunikasi bergerak, lihat Modul 2.)
Perbaikan sisi penawaran ini bertemu dengan permintaan yang kuat dari pelanggan di seluruh dunia. Seperti semua teknologi jaringan, ponsel memamerkan efek berantai, membuat teknologi ini semakin berharga karena bertambah banyaknya perangkat yang digunakan. Selain itu, berbeda dengan sambungan telepon rumah, mobilitas dan sifat pribadi teknologi ini memiliki daya tarik kuat bagi pengguna. Terhubung berarti bisa dijangkau (Ling dan Donner 2009). Ponsel menambah tingkat keselamatan, memungkinkan seseorang menghubungi orang yang disayangi atau mencari bantuan setelah mengalami kecelakaan. Ponsel juga memungkinkan adanya koordinasi kegiatan secara mikro, mengurangi kebutuhan perencanaan dan biaya untuk mengubah rencana dengan cepat (Ling 2004). Konkritnya, orang bisa melakukan panggilan telepon sambil menunggu bus atau memeriksa perangkat cerdas-nya sambil rapat, telepon seluler memungkinkan multitasking.
Proliferasi ponsel ini berarti bahwa walaupun ponsel bisa menjadi pengganti atau pelengkap sambungan telepon rumah di negara-negara maju, ponsel lebih sering digunakan sebagai bentuk pertama telephony bagi banyak orang miskin di dunia. Dengan memungkinkan komunikasi jarak jauh, ponsel memungkinkan pengguna untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.
Mengapa Pertanian?
Di banyak negara, pertanian menyumbang sebagian besar lapangan kerja di pedesaan. Manfaat berlipat yang menyertai peningkatan produktivitas pertanian sudah diketahui: pendapatan petani meningkat, harga pangan turun, dan tenaga kerja bebas mendapat pekerjaan tambahan. Dalam beberapa kasus, peningkatan produktivitas nampaknya sulit dibuktikan, karena mendapat efek negatif dari perubahan iklim dan harga komoditas yang tidak pasti, memperburuk kondisi bertani bagi banyak masyarakat pedesaan. Praktisi pembangunan telah melakukan hal yang benar, berfokus pada situasi sulit kebanyakan petani, terutama petani kecil, yang memiliki sedikit ruang kesalahan dan sedikit perlindungan dari jaring pengaman sosial. Inovasi teknis yang paling menonjol ditunjukkan oleh Revolusi Hijau, yang telah menjadi kunci untuk memperbaiki pasar pertanian di negara berkembang. Ponsel, meski baru-baru ini saja merasuk ke komunitas agraris, sesungguhnya sudah membantu masyarakat memperbaiki kegiatan bertani mereka.
Hubungan Teknologi Mobile dan Pertanian
Kemajuan di seluruh ekosistem ponsel cenderung bertindak sebagai umpan balik positif. Lingkaran “inovasi yang baik” ini memungkinkan sejumlah manfaat, bahkan bagi petani kecil:
- Akses. Jaringan nirkabel ikut berkembang seiring inovasi teknis dan keuangan meluas cakupannya ke lebih banyak wilayah.
- Keterjangkauan. Konektivitas pra-bayar dan perangkat murah, sering kali tersedia sebagai barang bekas, membuat ponsel jauh lebih murah daripada alternatif teknologi informasi lain.
- Peralatan. Ponsel terus meningkat kecanggihan dan kemudahan penggunaannya. Inovasi datang melalui efek trickle down tradisional namun juga diarahkan ke bagian bawah piramida.
- Aplikasi. Aplikasi dan layanan yang menggunakan ponsel berkisar dari layanan pesan teks sederhana hingga aplikasi perangkat lunak yang semakin canggih yang memberikan perbaikan mata pencaharian dan layanan publik secara real-time (kotak 3.1).
Melalui proses ekspansi ini, teknologi yang dulu mahal, dengan cepat menjadi alat sehari-hari di bagian bawah piramida. Kesempatan tambahan untuk berbagi informasi yang lebih sering dan dapat diandalkan akan terbuka karena kemajuan teknologi mengarah pada konvergensi antara ponsel dan internet, GPS, laptop, perangkat lunak, dan ICT/TIK lainnya.
KOTAK 3.1: Apa itu Aplikasi Mobile?
Aplikasi mobile adalah sebuah perangkat lunak pada alat portabel (seperti handset ponsel, asisten digital pribadi (PDA), atau komputer tablet) yang memungkinkan pengguna melakukan satu atau beberapa tugas khusus yang tidak terkait langsung dengan pengoperasian perangkat itu sendiri. Contohnya termasuk kemampuan untuk mengakses informasi spesifik (misalnya, melalui situs web); melakukan pembayaran dan transaksi lainnya; permainan; kirim pesan; dan seterusnya.
Aplikasi (app) mungkin sudah terinstal (pre-installed) tapi biasanya bisa diunduh (gratis atau pun membayar) melalui jaringan nirkabel dari toko daring dan mungkin memerlukan koneksi langsung agar berfungsi dengan efektif. Aplikasi sederhana dapat menggunakan fasilitas komunikasi data berkecepatan rendah yang terintegrasi pada telepon seluler digital, seperti layanan pesan singkat (SMS) atau data layanan tambahan yang tidak terstruktur (USSD: unstructured supplementary service data).
Pada banyak telepon murah, aplikasi tersedia melalui perangkat lunak Java. Aplikasi yang lebih kompleks menggunakan fasilitas komunikasi data berbasis protokol Internet dari jaringan berkecepatan tinggi pada jaringan ponsel generasi ketiga (3G) atau keempat (4G). Berbagai aplikasi yang tersedia meliputi:
Aplikasi perangkat lunak berdiri sendiri yang diunduh ke perangkat, seperti aplikasi iPhone. Mulai April 2010, pengembang pihak ketiga menyediakan 185.000 aplikasi, dan lebih dari 4 miliar telah diunduh sejak iPhone diluncurkan pada bulan Juli 2008, berdasarkan presentasi Apple pada acara pratinjau media iPhone OS 4.
Aplikasi yang memerlukan ekosistem yang rumit untuk mendukungnya, seperti aplikasi M-PESA Safaricom untuk pembayaran mobile di Kenya. M-PESA (yang beroperasi di sejumlah negara) memiliki sekitar 15.000 agen dan lebih dari 9 juta pengguna.
Aplikasi yang dibangun di atas platform tertentu yang merupakan aplikasi tersendiri. Misalnya, platform instant messaging MXit, yang dimulai di Afrika Selatan, kini mendukung 250 juta pesan per hari. Aplikasi ini menyediakan alat bagi pengguna untuk mengembangkan aplikasi mereka sendiri yang berjalan di platform.
Topik selanjutnya meninjau berbagai cara industri swasta, badan pemerintah, dan organisasi nirlaba menggunakan telepon seluler di bidang pertanian. Kebanyakan program ini relatif baru, dan hasilnya sulit dipastikan. Kebanyakan memang menjanjikan, tapi ada alasan untuk berhati-hati dan ada rintangan untuk diatasi. Catatan Topik 3.1 fokus pada apa yang diketahui sejauh ini tentang manfaat, tantangan, dan enabler yang terkait dengan penggunaan telepon seluler untuk memperbaiki pertanian dan kesejahteraan pedesaan. Catatan Topik 3.2 menjelaskan dua tipologi yang dapat membantu praktisi memahami berbagai peran dan dasar pemikiran seputar penggunaan ponsel sebagai teknologi pengembangan pertanian dan membantu mereka menentukan apakah mungkin dan bagaimana cara menggabungkannya dalam rancangan prakarsa baru. Catatan Topik diikuti oleh Contoh/Studi Kasus yang menyoroti pendekatan yang sudah diambil.
[1] Menurut https://www.wirelessintelligence.com/.
[2] Lihat ITU (http://www.itu.int/ITU-D/ict/statistics/).
REFERENSI
- Donner, J. 2009. “Mobile-Based Livelihood Services in Africa: Pilots and Early Deployments.” In Communication Technologies in Latin America and Africa: A Multidisciplinary Perspective, edited by M. Fernández-Ardèvol and A. Ros. Barcelona: IN3. Pp. 37–58.
- Ferris, S., P. Engoru, and E. Kaganzi. 2008. “Making Market Information Services Work Better for the Poor in Uganda.” CAPRi Working Paper No. 77. Washington, DC: CGIAR Systemwide Program on Collective Action and Property Rights (CAPRi).
- Ling, R., and Donner. 2009. Mobile Communication. Cambridge: Polity.
- “The Next Billion Geeks: How the Mobile Internet Will Transform the BRICI Countries.” The Economist, September 2, 2010. http://www.economist.com/node/16944020, diakses Juli 2011.