Bagaimana (The How): Faktor Penggerak TIK dalam Pertanian

Sejumlah pelajaran penting terkait kebijakan dan proyek Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pertanian dikumpulkan selama riset untuk buku sumber ini. Menggunakan TIK untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian memerlukan investasi, sumber daya, dan strategi yang melengkapi.

Kebijakan dan peraturan yang fleksibel namun bersifat sangat mendukung, investasi dalam infrastruktur fisik, dukungan secara gender kepada petani (laki-laki dan perempuan) dari berbagai kelompok umur, kesesuaian teknologi, dan lingkungan yang memungkinkan untuk inovasi dan bisnis baru akan menentukan dampak jangka panjang dan keberlanjutan upaya ini.

Pelajaran ini tidak untuk disimpulkan – masih banyak yang harus dipelajari – namun masuk akal karena investasi ditujukan untuk intervensi terkait kondisi di masa yang akan datang.

Fokus pada Kebutuhan, Bukan pada Teknologi

Fleksibilitas dan inovasi hampir konstan yang menjadi ciri Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat menjadi gangguan: Hal ini dapat menyebabkan intervensi lebih fokus pada teknologinya daripada pada prioritas kebutuhan klien yang dimaksud dan pengorbanan yang disebabkan oleh lingkungan dengan sumber daya yang terbatas.

Penting untuk memulai intervensi TIK pada agro-kompleks dengan memusatkan fokus pada prioritas bahwa intervensi tersebut dibuat untuk menangani kebutuhan akan informasi pasar yang lebih baik dan lebih tepat waktu, akses yang lebih baik terhadap layanan keuangan, saran pengelolaan tanaman dan penyakit yang tepat dan pada waktunya, hubungan yang lebih kuat antara berbagai elemen rantai nilai pertanian, dan sebagainya – bukan pada kebutuhan akan TIK-nya.

Dalam beberapa kasus, Teknologi Informasi dan Komunikasi justru bukan sarana yang efektif untuk memenuhi kebutuhan ini sama sekali.

Sekian lama pengalaman berbagai negara dalam membangun pertanian menunjukkan bahwa proyek yang melibatkan teknologi baru memerlukan keterlibatan petani, sejak awal. Intervensi yang tidak banyak melibatkan petani dalam perencanaan dan rancangannya hanya menghasilkan serapan, kepercayaan, dan ketertarikan yang rendah.

Hal yang sama berlaku untuk program atau strategi lain yang melibatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembangunan. Lemahnya fokus pada kebutuhan petani akan mengabaikan kebutuhan tambahan untuk investasi dalam kapasitas manusia, partisipasi masyarakat, atau infrastruktur.

Menggunakan Teknologi TIK yang Tepat

Daya tarik Teknologi Informasi dan Komunikasi terbaru dapat mengarah pada preferensi atas teknologi terkini dan mengabaikan teknologi lama (seperti radio), namun teknologi terbaru, paling rumit, atau paling inovatif tidak secara otomatis menjadi yang paling sesuai.

Selain itu, kombinasi yang inovatif atas teknologi (misalnya, program radio dengan fasilitas telepon masuk atau SMS untuk mendapat umpan balik) dapat menjadi solusi yang paling efektif biaya. Penting untuk menilai pengorbanan antara biaya teknologi (atau layanan), dan manfaat relatif dari opsi lain (teknologi dan lainnya).

Cakupan luas perangkat bergerak mengurangi namun tidak menghilangkan pengorbanan ini. Dalam mempertimbangkan kesesuaian teknologi, memperhitungkan modal manusia yang tersedia untuk mengembangkan dan menyebarkan perangkat atau aplikasi TIK sangat penting.

Semakin kompleks teknologinya, semakin banyak dukungan penyuluhan dan pelatihan (kualifikasi) yang dibutuhkannya. Di lingkungan di mana infrastruktur tidak kondusif untuk instrumen tertentu, cara lain harus digunakan.

Kemudian, penting untuk mengenali bahwa teknologi baru ini tidak secara otomatis menggantikan bentuk komunikasi, berbagi pengetahuan, dan aksi bersama tradisional yang telah berevolusi dalam komunitas atau wilayah tertentu. Dalam merancang intervensi TIK, perlu untuk meneliti dan memahami praktik informasi dan komunikasi lokal, hambatan terhadap pemberdayaan TIK, dan prioritas kebutuhan informasi dan komunikasi pengguna akhir.

Sering kali lebih baik menggunakan alat informasi dan komunikasi konvensional untuk menjawab kebutuhan orang-orang yang tidak dapat mengakses Teknologi Informasi dan Komunikasi karena keterbatasan yang terkait dengan literasi, isolasi, dan norma sosial.

Fokus pada Akses dan Penggunaan yang Terjangkau, Bukan Kepemilikan

Dalam merancang intervensi TIK di bidang pertanian, sangat penting untuk diingat bahwa “akses” bukan hanya mengacu pada kedekatan fisik dan aksesibilitas infrastruktur, alat, dan layanan TIK tetapi juga keterjangkauannya, kegunaannya, dan model penggunaannya yang sesuai dengan batasan fisik, lingkungan, dan budaya setempat.

Kombinasi yang khas antara model penggunaan individu dan penggunaan bersama/akses publik yang paling sesuai dan berkelanjutan secara lokal akan bervariasi tergantung pada kebutuhan dan sumber daya lokal, dan akan berubah seiring waktu karena perangkat dan layanan semakin beragam dan menjadi lebih terjangkau.

Karena biaya kepemilikan Teknologi Informasi dan Komunikasi cenderung turun, maka keterjangkauan dan aksesibilitas meningkat, terutama untuk pengguna individu. Namun, mungkin juga dalam beberapa kasus, proses pembelajaran lebih efektif jika difasilitasi melalui akses bersama.

Penggunaan aktual teknologi juga harus dipantau, karena teknologi yang disediakan tidak selalu berarti teknologi tersebut berguna sebagai alat ekonomi. Sering kali, ponsel dan perangkat lainnya berfungsi hanya sebagai alat komunikasi dasar atau hiburan. Hal ini sering merupakan hasil dari rendahnya edukasi para partisipan tentang ide atau cara bagaimana TIK dapat digunakan untuk bertani atau mencapai tujuan ekonomi lainnya.

Sadar akan Dampak Perbedaan, Termasuk Perbedaan Gender dan Sosial dalam Akses dan Penggunaan Teknologi

Dalam kondisi tertentu, intervensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat memperburuk, alih-alih mengurangi ketidakadilan ekonomi, sosial, dan politik yang melandasinya, termasuk perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Perempuan pedesaan, menghadapi hambatan yang signifikan dalam mengakses aset dan layanan informasi dan komunikasi.

Banyak proyek TIK yang dirancang untuk meningkatkan akses pedesaan terhadap aset dan layanan informasi dimiliki atau dikelola oleh laki-laki. Budaya dan peran ganda perempuan dan tanggung jawab domestik yang berat sering kali menghalangi mereka dari layanan ini.

Sikap yang sama dan kurangnya kendali atas penghasilan keluarga dapat menghalangi wanita dari memiliki atau bahkan sekedar menggunakan telepon. Namun, bertambahnya ketersediaan dan harga telepon seluler yang lebih rendah, serta faktor pendukung lainnya, berpotensi untuk memenuhi kebutuhan kaum petani perempuan.

Ilustrasi petani perempuan: Menentukan Tingkat Inklusivitas Merupakan Faktor Kritis dalam Intervensi TIK
Menentukan Tingkat Inklusivitas Merupakan Faktor Kritis dalam Intervensi TIK

Masalah akses sosial sebetulnya lebih penting daripada persoalan gender. Pemahaman penuh tentang ekonomi pertanian lokal, nasional dan regional penting untuk memastikan bahwa intervensi Teknologi Informasi dan Komunikasi tidak membatasi partisipasi petani kecil pada sisi bawah rantai nilai pertanian seperti pada teknologi lainnya.

TIK apabila menjadi menara gading tidak menjamin partisipasi penuh oleh semua kelompok sosial. Upaya untuk menjamin inklusivitas penerapannya harus fokus pada berbagai kapasitas dan sumber daya yang dibutuhkan petani skala kecil untuk mendapatkan manfaat dari intervensi. Pertanyaan tentang akses sosial harus diangkat secara konsisten saat menggunakan TIK untuk memperbaiki mata pencaharian pedesaan.

Apakah norma atau pembagian sosio-kultural mencegah kelompok tertentu menggunakan teknologi? Apakah kelompok yang “lebih baik” akan mendapatkan manfaat lebih daripada kelompok miskin? Akankah banjir hiburan dan informasi palsu (hoax) mengaburkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membangun agro-kompleks dan pedesaan yang berkelanjutan?

Pembangunan pedesaan yang komprehensif bergantung pada pengawasan dan evaluasi hasil serta membuat penyesuaian di sepanjang prosesnya.

Ciptakan Lingkungan yang Memberdayakan Inovasi dalam Investasi Infrastruktur, Model Bisnis, Layanan, dan Aplikasi

Desain yang efektif dan konsisten, implementasi kebijakan dan peraturan yang tepat serta transparan untuk memandu investasi dan penyediaan infrastruktur, alat, dan layanan adalah kunci untuk memungkinkan intervensi TIK.

Untuk menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dan penyediaan layanan, maka kebijakan dan peraturan yang efektif di sejumlah area penting lainnya perlu diperhatikan juga, seperti pendanaan infrastruktur publik dan swasta, lingkungan bisnis, dukungan inovasi, dan kekayaan intelektual.

Intervensi TIK di bidang pertanian membutuhkan lingkungan regulasi yang kuat namun fleksibel; lingkungan kebijakan semakin diperkuat melalui insentif agar sektor swasta mau melakukan investasi.

Mengembangkan Model Bisnis dan Investasi Berkelanjutan melalui Kemitraan

Upaya Kolaborasi antara Banyak Pelaku Penting untuk Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pertanian
Upaya Kolaborasi antara Banyak Pelaku Penting untuk TIK dalam Pertanian

Kemitraan pemerintah-swasta sekarang dianggap penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang sebagian besar intervensi Teknologi Informasi dan Komunikasi agro-kompleks. Sektor publik (pemerintah) di negara-negara berkembang khususnya mungkin memerlukan bimbingan dalam menyediakan layanan teknologi; kurangnya sumber daya manusia dan keuangan serta kebutuhan masyarakat agraris yang luas melemahkan kemampuan pemerintah untuk menyediakan layanan berkualitas secara luas.

Dengan investasi swasta, penyediaan layanan publik bisa lebih berkelanjutan. Kemitraan dengan pihak lain juga tampaknya penting untuk keberlanjutan. Pakar teknis yang berpengalaman di berbagai sub-sektor; tim teknologi informasi (TI) untuk pemeliharaan, perancangan, dan pemecahan masalah teknologi; pembuat kebijakan pada berbagai tingkatan; serta organisasi petani dan petani yang dapat memberikan pengetahuan lokal sering kali juga dibutuhkan.

Mengangkat Kepemimpinan dan Menemukan Kampiun

Terakhir, namun bukan paling tidak penting, intervensi Teknologi Informasi dan Komunikasi memerlukan kepemimpinan. Para kampiun diperlukan untuk mendorong proyek pembangunan dan membuatnya terlihat dan menarik bagi pemangku kepentingan – petani, bisnis, dan pihak lain – yang membutuhkannya.

Para kampiun ini harus bergerak di tingkat nasional di mana keputusan anggaran dan strategis dibuat. Mereka juga harus beroperasi di tingkat lokal, memodelkan penggunaan teknologi secara efektif dan membangun kepercayaan petani terhadap keampuhannya.

Kampiun membangun kepercayaan publik terhadap intervensi. Serapan biasanya rendah jika kepercayaan pada TIK yang dipilih dan potensi dampaknya minimal. Kampiun dibutuhkan untuk jangka panjang, karena intervensi yang memerlukan infrastruktur baru atau kebijakan dan reformasi institusional memerlukan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan.